Terinspirasi dari seorang guru ku di sekolah menengah atas,
nama beliau adalah desiyanti anwar yang biasa ku panggil bu desi. Guru
favoritku yang sudah kuanggap sebagai ibuku. Sudah hampir semua teman, guru dan
penghuni sekolah tau keakrabanku dengan guru yang satu itu. Menurut cerita beliau
belum menikah, walau aku tak pernah berani menanyakan hal itu, hubunganku
sangat dekat yang berawal dari olimpiade kebumian yang kuikuti sebagai delegasi
dari sekolah. Bu desi sebagai guru pembimbingku, alhamdulilah aku mendapat
juara 2 tingkat kota dan mengikuti olimpiade tingkat provinsi di ibukota
provinsi tempatku berada, tanjung pinang. Tapi aku belum beruntung di provinsi,
yaaa bisa dikarenakan aku yang kurang serius. Kedekatanku dengan bu desi pun
tetap dekat walaupun olimpiade tersebut telah berakhir untuk ku masa itu,
ketika ku beranjak naik kekelas XII, beliau meneruskan kuliahnya di kampung
halamannya di padang. Aku merasa sepi, karena beliau lah guru yang paling
favorit dimata ku, sifatnya yang cuek, kadang jahil dan elegan tidak membuat aura
kepintarannya hilang.
Suatu hari pada tahun lalu, aku mengirimkan pesan singkat
handphone kepada bu desi, beliau membalasnya. Lalu kami bercerita sedikitnya
beberapa hal tentang hal yang sangat mengubah diriku. Awalnya aku sms beliau
untuk minta doa restu untuk ujian, beliau mendoakanku lalu beliau bertanya
diamanakah aku akan melanjutkan kuliahku? Aku sejak dahulu memang ingin sekali
kuliah diluar, belajar mandiri tapi apalah daya aku tak diberi izin, lagipula
biaya untuk kuliah diluar kota itu mahal daripada aku kuliah dikota dan tinggal
bersama orangtua. Lalu mungkin jawabanku tidak memuaskan beliau, sepertinya ia
sedikit tak setuju aku tetap terkurung di batam yang semakin haruk pikuk.
Beliau bilang “alah kamu gak bisa kali jauh dari orang tua”. Aku hanya
tersenyum membaca pesan tersebut. “kamu harus belajar mandiri dong”balasan
lanjutannya. Lalu kami bercerita lagi dan beliau menambahkan kata pada
kalimatnya “kenapa kamu gak ngajuin beasiswa aja keluar negeri? Kamu ajukan 10
baesiswa, masa 1 pun gak ada yang jebol?pasti ada lah, coba deh” *speechless.
Awalnya akku kaget, ketawa ngakak. Loh loh ibu ini, keluar kota aja aku
kekurangan biaya padahal saudara-saudaraku ada tersebar diluar kota nah sekarang nyaranin keluar
negeri? Ya allah, kuliah diluar negeri? Duit dari mana? Dari zaman aku baru
lahir juga aku belum pernah sempet ngebayangin bahkan mimpiin pun gak pernah.
Tapi mungkin bu desi tau jawaban apa yang akan ku sampaikan padanya, beliau
berkata “kita kan nyoba, mungkin 1 diantara 10 beasiswa yang kita ajukan bisa keterima,
siapa tau?”. Jujur saja memang benar kata-kata ibu desi. Sejak saat itu impian
untuk kuliah diluar mengalir tumbuh bersama darahku. Aku bertekat untuk
menemukan jawaban dari tantangan bu desi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar